CUMA KITA YANG ADA UNTUK DIRI KITA SENDIRI
Ketika kita lagi sedih, lagi dalam fase berat, rasanya pengen banget ada yang meluk dan menepuk-nepuk bahu kita. Atau, pengen banget ada yang bisa pegang erat tangan kita. Karena dengan begitu kita akan merasa lega. Rasanya jadi lebih kuat.
Memikirkan bahwa ada orang yang selalu bersama kita, mendukung kita, melindungi kita, pasti rasanya luar biasa. Tapi kenyataan ngga seindah itu. Belum tentu setiap orang menerima kita, apalagi ada disamping kita.
Pernah kah, ketika bercerita pada orang-orang disekitar kita, tentang kesulitan kita, ternyata orang itu justru membalas...
"Kamu sih mending, lha aku...."
Buyar sudah. Yang tadinya berharap didukung dan dikuatkan, malah dibandingkan. Beban masalah yang tadi dirasa berat, jadi bertambah berat.
Apa kesulitan setiap orang adalah kompetisi? Kenapa seseorang harus menang dalam merasakan kesulitan dan kesakitan dari pada orang lain? Apakah orang lain berhak memutuskan bahwa yang mereka alami adalah yang paling sulit?
Atau, pernah kah, ketika bercerita, orang itu justru berkata...
"Gitu aja sedih..."
"Alah cuma gitu..."
Padahal, kita cuma ingin didengarkan dan didukung. Tapi sepertinya lingkungan kita ngga bisa mendukung kita. Karena orang-orang disekitar kita, yang kita rasa dekat dengan kita, justru ngga memahami kita, rasa sedih kita rasanya jauh lebih menyakitkan.
Orang lain ngga mudah memahami apa aja hal-hal yang udah kita alami, masalah apa yang kita punya, dan kesedihan apa yang kita rasakan. Kenapa bisa?
Tapi. Tarik napas dan hembuskan pelan-pelan.
Kita masih punya diri kita sendiri.
Seperti yang kita lihat, banyak orang di lingkungan kita yang ngga mengerti bagaimana sakitnya kita, bahkan bisa dengan mudah menghakimi dan membuat kompetisi atas kesulitan. Maka, lihatlah diri kita.
Kita yang masih bisa berusaha bertahan. Kemarin kita bisa. Maka besok pasti bisa.
Kita masih berusaha kuat, berusaha terus mencintai diri kita, masih menjaga diri kita. Padahal, menguatkan diri itu bukanlah hal yang mudah, apalagi dilakukan oleh diri sendiri, ditengah orang-orang yang sulit memberikan kita dukungan.
Aku cuma mau bilang, terima kasih ya. Kita kuat, dan kita bisa. Yakinlah pada kekuatan diri kita, karena memang hanya diri kita yang bisa. Kita ngga bisa selamanya mengandalkan orang lain.
Jangan biarkan orang lain mempengaruhi kita, karena mereka hanyalah manusia, yang ngga mengerti apa aja yang telah kita alami, dan apa hal-hal yang membuat kita terjatuh.
Kita yang paling tau apa hal-hal yang membuat tenang atau lega. Kita bisa memutuskan untuk melangkah lebih maju, dan ngga berpatokan pada orang lain. Kita yang paling memahami, diri kita sendiri, dan apa yang paling baik. Cuma kita sendiri yang mengerti.
UPDATE
Postingan ini telah mengalami revisi pada 15 September 2021.
Ini related banget di aku, Mbaaaaaak. Dan kayaknya sih related juga di banyak orang.😭
ReplyDeleteAku juga pernah dulu sedang terpuruk ke titik terendahku. Dan gak ada yang bisa paham apa yang aku rasakan. Ada yang ngajak berkompetisi mana yang lebih ngenes, ada yang meremehkan juga. Gak enak banget pokoknya 😭.
Karena kejadian itu aku jadi lebih tertutup. Jadi gak pernah curhat tentang masalah pribadi ke orang lain, termasuk ke orang terdekatku juga. Soalnya mereka belum tentu paham, mereka belum tentu memberikan respon yang aku perlukan. Kemungkinan malah bikin perasaan makin sedih, dan makin down.😔
Semangat dan bahagia selalu mbaak.
DeletePada akhirnya kita tetap harus mengandalkan dan bertahan sama diri sendiri, karena ngga semua orang bisa atau mau mencoba membantu kita. Tapi aku tau, mbak dan kita semua bisa :)
Kita bisa berproses untuk menjadi mandiri dan lebih kuat karena apa yang kita alami. Semoga mbak juga selalu kuat ketika menghadapi masalah. Ngga ada yang salah dengan menghadapi masalah sendirian, meskipun kita ingin ada yang jadi tempat bersandar, tapi belum kita belum tentu ada, jadi yang bisa kita percaya cuma diri kita sendiri.
Makasih ya mba sudah sharing, semoga mbak bisa lebih kuat, meskipun sedikit. Aku yakin kita selalu bisa :)
Aku dari dulu terbiasa diem, kalo ngumpul pun lebih menjadi pendengar saja, kalo ada masalah pribadi gitu juga lebih suka diem dari pada cerita ke orang lain. Nah ketika diem itu kadang tiba-tiba ada aja jawaban yang mencerahkan entah lewat status2 bijak orang lain, denger kata-kata dari tv, dari buku atau lainnya. Aku mikirnya asal peka pasti ada jalan/petunjuk. Jadi kesininya terbiasa tenang, kadang bertanya-tanya esok bakal ada masalah apa lagi ya...
ReplyDelete