Perayaan Lotre Yang Mencengangkan dalam Cerpen The Lottery Karya Shirley Jackson
Ini cerpen pernah dijadiin analisis waktu
kelas telaah sastra dulu. Cerpennya keren banget dan emang dulu menimbulkan
banyak kritik juga pujian.
Cerpen The Lottery ini emang terkenal
kok, sering dianalisis juga. Cerpen ini dapet banyak award dulu. Penulisnya
juga terkenal.
Tentang Penulis
Shirley Hardie Jackson adalah penulis
asal Amerika, yang dikenal sebagai penulis genre mysteri/horror. Beliau lahir
pada tahun 1916 di San Fransisco California. Karya-karya beliau muncul di The
New Yorker, Redbook, The Saturday Evening Post dan The Ladies’ Home Journal.
Untuk cerpen The Lottery sendiri dipublikasikan pada tahun 1948 di The New
Yorker. (Sumber)
Summary
Pada suatu hari di musim panas di
akhir bulan Juni (tepatnya tanggal 27), penduduk desa berkumpul di alun-alun
untuk berpartisipasi dalam undian yang dengan
Tuan Summers yang memimpin acara. Anak-anak tiba lebih
dulu dan mulai mengumpulkan batu sampai orang tua mereka memanggil mereka untuk berbaris. Ny. Hutchinson tiba
terlambat dan mengobrol sebentar dengan temannya, Mrs. Delacroix.
Tuan Summers memanggil setiap kepala keluarga untuk maju menuju kotak kayu hitam, di
mana masing-masing memilih secarik kertas. Setelah para pria memilih, Tuan Summers mengizinkan
semua orang untuk membuka kertas dan melihat siapa yang dipilih dalam acara Lotre hari tersebut.
Orang yang mendapatkannya adalah Bill
Hutchinson. Istrinya protes dan meminta
pengundian ulang. Sayangnya itu tidak diizinkan,
Ada total lima orang dalam keluarga
Hutchinson. Tuan Summers menaruh lima lembar kertas ke dalam kotak dan setiap
anggota keluarga mengambil kertas
tersebut satu persatu. Tessie (Ny. Hutchinson) kemudian mendapatkan selembar
kertas dengan titik hitam besar di tengahnya. Tessie protes dengan sia-sia
ketika penduduk desa menyerangnya dengan batu-batu. Sumber.
Baca Selengkapnya : Bahasa Inggris | Bahasa Indonesia
Analisis
Setelah beberapa kali membaca cerpen ini,
saya kaget bukan main kalau ternyata lotrenya ngga kaya lotre yang biasa kita
tau. Lotre ini justru...ngeri
banget.
Buat memulai analis cerpen ini, saya
bakal berfokus sama dua pertanyaan di bawah ini:
1. Seperti apa pelaksanaan lotre yang diadakan penduduk di desa tersebut?
2. Di titik mana saya menyadari bahwa lotre ini bukan lotre biasa? (Pertanyaan ini saya kutip dari page di Fiksi Lotus
So, ini analisis sebenernya banyak banget
bertebaran di Google, baik yang bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Ujung
analisis mereka juga rata-rata sama. Tapi ya gapapa saya nulis ulang
berdasarkan pendapat saya. Lagian menurut
saya ini cuma sekedar uraian aja, bukan analisis hehe.
1. Seperti apa
pelaksanaan undian lotre yang diadakan penduduk desa tersebut?
Lotre dalam cerpen ini dilakuin dengan ngambil kertas
yang ada di dalem kotak hitam. Pertama, Mr.
Summers manggil setiap kepala keluarga, jadi ngga semua langsung ambil. Kepala
keluarga yang dapet, barulah beneran ngadain undian lotre ini. Jadi yang dapet
kertasnya ya diantara anggota keluarga itu aja.
Di kotak hitam, ada
kertas-kertas yang mereka bakalan ambil. Yang dapet lotre adalah yang dapet
kertas dengan titik hitam ditengahnya. Jadi kertas titik hitam itu ya cuma
satu. Siapapun yang dapet, bakalan dilemparin batu, sampai mati.
Lotre yang serem ini, tetep dilaksanain
dan dijaga sampai berpuluh-puluh tahun. Bisa diliat dari ucapannya Mr. Warner ini.
“Seventy-seventh year I
been in the lottery,” Old Man Warner said as he went through the crowd. “Seventy-seventh
time.“ (“Sudah tujuh puluh tujuh tahun aku mengikuti lotere,” ujar Old Man
Warner sambil melangkah ke depan. “Ini ketujuh puluh tujuh kalinya aku
mengikuti lotere.” )
Beliau emang sepuh di desa itu, beliau
juga yang bilang kalau siapapun yang berhenti jalanin tradisi ini adalah orang
bodoh. Intinya, ga ada alasan buat berhentiin tradisi ini. Padahal, ini ngeri
banget. Tapi semua pihak wajib terlibat, baik itu yang anak-anak atau yang udah
sepuh kaya Mr.
Warner, bahkan yang sakit sekalipun.
Ada satu hal yang saya ga ngerti
sebenernya. Jadi, yang dapet lotre ini kan Mrs. Hutchinson. Beliau punya
tiga anak. Beliau ga terima tuh kalo dia yang dapet jadi dia minta ulang, tapi
ya gabisa tetepan.
Jadilah mereka sekelurga Mr. Hutchinson, Mrs Hutchinson, sama tiga
anaknya ngundi dan ambil kertas. Yang pertama Mr. Hutchinson ga dapet. Yang
kedua tiga anaknya ga dapet, eh tapi mereka malah ketawa-ketawa. Padahal salah
satu keluarganya lho yang bakalan meninggal.
Mr. Graves opened the
slip of paper and there was a general sigh through the crowd as he held it up
and everyone could see that it was blank. Nancy and Bill, Jr. , opened theirs
at the same time, and both beamed and laughed, turning around to the crowd and
holding their slips of paper above their heads.
(Mr.
Graves membuka lipatan kertas di tangannya dan mengangkatnya tinggi di udara,
menunjukkan kertas kosong—menyulut desah lega dari bibir para warga. Kemudian
Nancy dan Bill, Jr. membuka lipatan kertas mereka pada saat bersamaan; mereka
pun tertawa dengan wajah bersinar. Keduanya mengangkat kertas mereka tinggi di
udara untuk menunjukkannya ke arah para warga.)
Mm mungkin ini kaya permainan bertahan
hidup ya, jadi ya secara otomatis aja gitu
ketawa ketika mereka berhasil lolos dari maut.
2. Di
titik mana saya menyadari kalau ini bukan lotre biasa?
Sama seperti kebanyakan pembaca, saya baru sadar ada yang aneh sama lotrenya setelah
penerima lotrenya ketauan. Mrs htchinson yang dapet kertas titik hitam, tapi
dia ga terima dan minta ulang.
Dapet lotre kok gamau, gitu mikir saya.
Tapi semakin saya pahami, akhirnya baru sadar, pasti bukan hadiah tapi jebakan. Sayangnya
pemikiran saya ga sejauh itu buat nebak kalau lotre ini adalah kematian.
Sebenernya saya ga yakin, emangnya
meninggal kah? Kan mungkin aja batunya kecil-kecil, jadi dia sekedar ditimpuk
sebentar trus yaudah pulang, eh ternyata pas saya baca lagi…
Although the villagers
had forgotten the ritual and lost the original black box, they still remembered
to use stones......Delacroix
selected a stone so large she had to pick it up with both hands and turned to
Mrs. Dunbar.
(Meskipun
para warga desa telah melupakan ritual tradisi yang seharusnya dan
menghilangkan kotak hitam yang asli, mereka masih ingat bahwa bagian terakhir
dari ajang lotere ini memerlukan banyak sekali bongkahan batu.....Mrs.
Delacroix memilih bongkahan batu yang cukup besar hingga ia harus mengangkatnya
dengan dua tangan sambil menoleh ke arah Mrs. Dunbar.)
Saya yakin Mrs. Hutchinson meninggal
pas saya baca kalimat diatas. Ya kali gituloh, ditumpukin satu desa dan ada
juga yang nimpuk pake batu gede.
Kesimpulan
Lotre dalam cerpen ini bukanlah lotre
yang berhadiah manis tapi berhadiah petaka. Saya rasa, lotre ini juga cuma
penghalusan nama. Dasarnya, tradisi ini kaya semacam persembahan dan
pengorbanan yang harus dilakuin desa mereka.
Tradisi ini udah ada sejak jaman
nenek moyang, jadi kemungkinan
sejak jaman nenek moyang mereka ngelakuin ini atas dasar kepercayaan mereka
juga.
Shirley Jackson emang dikenal
sebagai author cerita genre horror jadi saya ga kaget banget waktu baca ending
cerpen ini. Jadi, udah ada yang baca cerpen ini juga?
wah jadi penasaran cerita lengkapnya..
ReplyDeletesaya langsung baca karena tertarik cerpen2 misteri..
Pas banget mba, cerita lengkapnya ada di atas yang bahasa inggris atau terjemahannya
DeleteKarya2 Shirley Jackson emang banyak yang horror/misteri, kalo search 'shirley jackson' di google ada kok muncul tulisan2 beliau
Saya bukan ahli dalam linguistik..
ReplyDeleteHanya mampir meninggalkan jejak.. :))
Saya juga engga, apalagi nulis yang kaya gini, duh ngga jago saya hehe tapi gapapa beraniin diri aja
Delete